IniAnalisa Peluang Cuan. Saham BUMI Gonjang-ganjing Lagi! Ini Analisa Peluang Cuan. Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali ditutup menguat 10 poin menjadi Rp 130/saham atau naik 8,33% pada penutupan perdagangan Senin (18/1/21). Kenaikan saham BUMI kemarin melanjutkan reli kencang BUMI selama 4 hari berturut

Bila mampu melewati fase ini, kita patut bergembira menyambut Pemilu 2024, layaknya bersiap menikmati sebuah ANTARA - "Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap". Begitulah ungkapan populer dalang ketika mengantar masuk ke babak gara-gara dalam pertunjukan wayang. Penggalan ungkapan yang dalam jagat pedalangan dikenal sebagai "ada-ada" itu, bisa pula ditujukan untuk menunjuk situasi Bumi sedang terguncang hebat dengan angkasa berkelebat-kelebat cahaya kuat. Atas suasana itu, kengerian melingkupi segala makhluk Bumi. Yang mungkin paradoks, guncangan tempat berpijak dan kelebatan pedang cahaya yang tajam menyambar-nyambar di angkasa itu, justru mengiringi para punakawan -Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong- hadir di panggung kelir. Mereka dianggap titisan makhluk kayangan turun ke Bumi. Kehadiran mereka dalam rupa rakyat kebanyakan, namun perannya tak boleh diingkari sebagai penuntun moral bendaranya yang elite, agar melangkah tepat dan bijaksana bagi kepentingan dan kemaslahatan umum. Begitulah kiranya boleh diceritakan bahwa dunia sekarang sedang terguncang oleh ancaman krisis global. Banyak penyebabnya, antara lain, dampak pagebluk COVID-19, perubahan iklim, dan perang Ukraina-Rusia yang menyeret keterlibatan banyak negara. Selain itu, kondisi keuangan dan perekonomian internasional, kenaikan harga bahan bakar minyak, persediaan pangan dunia, dan disrupsi disebabkan kemajuan teknologi informasi. Kalau Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya seluruh elemen dan kekuatan bangsa menjaga stabilitas politik dan keamanan karena situasi global tidak menentu, terutama menyangkut perekonomian dunia, tentu ihwal tersebut sebagai pepeling atau peringatan penting bagi seluruh elemen negeri, supaya Bumi Indonesia tidak terjadi gonjang-ganjing. Cukup banyak negara saat ini kondisinya sedang terpuruk sebagai salah satu dampak pandemi COVID-19. Untuk mencontohkan situasi sulit, rumit, dan ketidakpastian global, Presiden Jokowi menggunakan diksi "antre" terhadap 28 negara yang sekarang ini sedang membutuhkan uluran bantuan Dana Moneter Internasional. Dengan mengutip lembaga-lembaga internasional, disebutkan pula adanya 66 negara rentan ambruk dan 345 juta orang di 82 negara menghadapi krisis pangan. Oleh karenanya, Presiden Jokowi menyampaikan pesan tentang pentingnya stabilitas politik dan keamanan agar tetap dijaga, antara lain, melalui pertemuan dengan para pimpinan partai politik, termasuk dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Batutulis, Bogor, pada 8 Oktober lalu. Selain itu, melalui pengarahan kepada para petinggi dan perwira Polri dalam berbagai kesempatan penting terkait lainnya yang dijalani Presiden. Secara khusus di hadapan petinggi Polri, Presiden minta mereka mempertajam kepekaan terhadap ancaman krisis, salah satu tidak menjalani kehidupan sehari-hari yang hedonistik. Tentu saja laku hedonisme juga bukan jalan yang baik untuk kalangan masyarakat lainnya, terlebih di tengah ancaman gonjang-ganjing global sekarang ini. Bahkan, untuk menjaga stabilitas politik pun, salah satu senjata pamungkas berupa perombakan kabinet bukan hal yang muskil ditempuh oleh Jokowi. Guncangan besar setidaknya terjadi di dalam negeri beberapa waktu terakhir, seperti dalam kasus penembakan melibatkan jenderal polisi, penangkapan perwira tinggi polisi dalam dugaan kasus narkoba, tragedi Kanjuruhan yang menelan 132 jiwa dan ratusan lainnya terluka, serta munculnya pencalonan bakal calon presiden oleh partai politik pendukung pemerintahan dengan figur yang dianggap berseberangan dengan kepemimpinan Jokowi. Belum lagi yang terasa menekan situasi makin sulit dalam kehidupan publik, khususnya kalangan bawah, terkait dengan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak, tekanan inflasi, dan rentetan bencana alam di berbagai daerah sebagai dampak cuaca ekstrem akhir-akhir ini. Panggung persiapan menuju Pemilu 2024, baik yang dikerjakan penyelenggara pemilihan sesuai regulasi maupun manuver para elite politik dan berbagai partai politik, seakan kelir berbeda dengan ancaman situasi global yang berkelindan dengan pilu lainnya sedang dihadapi di dalam negeri. Partai politik dan para elite seakan kehilangan orientasi mulia berpolitik secara bermartabat karena terburu-buru mendekati kursi puncak kekuasaan, sedangkan sejumlah elite yang disebut-sebut memiliki kans memimpin Indonesia sibuk merawat wajah karena memang jatah waktu dan ruang belum untuk mengungkap visi, misi, program kerja, dan beradu pandangan visioner untuk masa depan negeri. Sementara rakyat umum bagaikan kanvas sedang dilukisi imajinasi masa depannya berbarengan dengan situasi mengimpit kehidupan serba terguncang dan tak mudah, serta banjir informasi menuju pesta demokrasi. Dalam situasi perpolitikan Indonesia menuju Pemilu 2024 yang tanpa petahana ini, terasa menohok sindiran budayawan dan ilmuwan Mudji Sutrisno dalam "Krisis Peradaban" 2015 bahwa politik disempitkan dalam arti dan penghayatan sebagai politik kekuasaan. Berbagai manuver dan intrik politik mereka sekarang ini, terasa sedang untuk memenuhi syahwat berkuasa. Seakan cepat terpinggirkan narasi mereka tentang langkah, terobosan, dan strategi politiknya itu sebagai seni mengatur hidup bersama untuk kepentingan kebaikan bersama, meninggikan harkat, serta memperkuat martabat manusia. Begitu juga pandangan kontekstual tentang saujana geopolitik regional maupun global, seolah-olah dilibas kelebatan pedang ketidakpercayaan terhadap politik dan hawa ketidakpahaman keadaan terkini atas ancaman gonjang-ganjing global. Persoalan pemahaman geopolitik mungkin memang masih elitis berada di kalangan tertentu negeri ini, belum terdiseminasi secara luas menjangkau berbagai tataran masyarakat, apalagi mereka yang tinggal di dusun dan kawasan gunung. Pembicaraan tentangnya bagaikan jauh panggang dari api. Proses menuju pesta demokrasi 2024 memang harus dijalani sebagai kewajiban hidup berdemokrasi. Namun, kalangan elite dan parpol harus lebih cermat dan bijaksana bermanuver. Ancaman terjadinya gonjang-ganjing global semestinya menjadi pepeling elite dan partai, agar mereka senantiasa menyampaikan peringatan itu kepada seluruh elemen masyarakat hingga menembus menjadi pemahaman dan kesadaran kolektif. Dalam jagat global yang sedang terguncang saat ini, penting bagi masyarakat untuk waspada dan menjalani mitigasi dengan hidup hemat dan cermat, sederhana, sabar, serta tentunya ikhlas. Berhemat dan cermat menyikapi ketidakpastian zaman bukanlah sesuatu yang utopis. Bila mampu melewati fase ini, kita patut bergembira menyambut Pemilu 2024, layaknya bersiap menikmati sebuah pesta. Editor Achmad Zaenal M COPYRIGHT © ANTARA 2022 Bumi gonjang-ganjing. Langit kelap-kelap katon lir kincanging alis, risang maweh gandrung, sabarang kadulu wukir moyag-mayig saking tyas baliwur ong. Bumi berguncang, langit berkilat, terlihat seperti orang yang cinta melihat segala kehormatan dan keindahan dunia, gunung pun berantakan. .." Ane request: - Dalam pagelaran wayang kulit, sang dalang biasanya melantunkan suluk ini. “Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis, risang maweh gandrung, sabarang kadulu wukir moyag-mayig saking tyas baliwur ong. Bumi berguncang, langit berkilat, terlihat seperti orang yang cinta melihat segala kehormatan dan keindahan dunia, gunung pun berantakan.” Bumi gonjang-ganjing, harafiahnya gempa bumi yang kini sering terjadi. Terbaru, Sabtu 16/4/2016, gempa dahsyat mengguncang pantai Pasifik Ekuador. Korban tewas lebih dari 500 orang dan lainnya hilang. Tiga hari kemudian, giliran Jepang, tepatnya di kota Mashiki, dan menewaskan 42 orang. Sebelumnya di Indonesia pun diguncang gempa, antara lain kawasan Sumatera Barat pada 2 Maret lalu, tapi tak sedahsyat Ekuador dan Jepang. Mengkhawatirkan jika gempa terus menguncang Planet Bumi. Demikian pula jika kian banyak gunung suluk itu bukan sebatas bikin takut. Suluk bumi gonjang-ganjing juga bisa dikemas dalam lagu dan enak didengar. Sujiwo Tejo, misalnya. Dalang, penulis, pelukis, dan pemusik ini pernah membawakan lagu bumi gonjang-ganjing dalam acara Java Jazz Festival 2012, dan seuai acara Sujiwo panen pujian. Panulis Adi Toha sepertinya juga terinspirasi oleh suluk tersebut dalam karyanya berjudul Valharad. Buku ini mengisahkan sebuah negeri VarchLand yang telah mengalami masa-masa damai selama beratus-ratus tahun, tiba-tiba terancam mengalami kehancuran oleh sebuah kekuatan kegelapan yang datang dari bangsa Vomorian. Untuk mencegahnya. petinggi istana mengembara ke pelosok negeri untuk menemukan 12 Ksatria Talismandala pemegang kunci rahasia. Pesan dari kisah fiksi ini antara lain tentang menjaga keseimbangan sebuah negeri, labih luasnya tentang keseimbangan alam Suluk bumi gonjang-ganjing juga sebagai pengingat agar manusia senantiasa mematuhi hukum demi menjaga kehormatan. Semacam tuturan buat para pemimpin, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif agar tidak korupsi sehingga menjadi teladan rakyat. Agar roda pemerintahan dan tatanegara berjalan seimbang, tidak gonjang-ganjing. Sayangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK kini masih sibuk melakukan operasi tangkap tangak OTT terhadap para oknum pejabat. Tepat jika dalang melantunkan suluk bumi gonjang-ganjing setiap hendak mengeluarkan atau memainkan Gatotkaca. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap mirip Superman, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi. Tokoh pewayangan yang hidup di kayangan ini juga digambarkan sebagai orang-orang yang hidup di atas, yaitu para penguasa. Gatotkaca juga dikenal dengan nama Arimbiatmaja, Bimasiwi, Guritna, Gurudaya, Kacanegara teladan cintanya terhadap negara, Purbaya, Kancingjaya kunci kemenangan. Sifat perwatakan; berani, teguh, tangguh, cerdik pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Begitulah idealnya para pemimpin, penguasa, di Bumi *
  1. Եш кисна ሤ
  2. Дрቻժа отыцև мጄже
Sumberilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona. Bumi gonjang-ganjing langit kerlap kerlip adalah pertanda goro-goro. Kalimat itu diucapkan dalang menjelang kejadian yang akan mengubah cerita. Arcapada atau bumi sekarang sedang gonjang-ganjing, di eropa, amerika, australia, indonesia, china dsb gonjang ganjing. amerika dengan salju yang tak henti Penyuka wayang pasti pernah mendengar Suluk yang ditembangkan Dalang seperti ini Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap Katon lir kincanging alis Risang maweh gandrung, sabarang kadulu Wukir moyag-mayig saking tyas baliwur, ong… Jika tidak salah, suluk ini ada sebagai penanda bahwa sebentar lagi akan ada kejadian besar yang mengubah cerita. Arti kata-per-katanya kurang lebih menggambarkan bumi yang bergoncang, langit yang berkilat karena petir tampak di mata orang yang sedang jatuh cinta. Gunung pun bergetar seperti apa yang terjadi di dalam hati sang penyandang cinta. Kalau tidak salah pula, Risang’ di sini maksudnya Gatotkaca, sang kesatria utama dalam lakon Mahabarata. Sepertinya kisah jatuh cintanya Gatotkaca pada Dewi Pergiwa menjadi salah satu cerita cinta favorit para Dalang dan pencinta wayang. Bumi yang bergoncang dan gunung yang bergetar di sini sepertinya adalah kiasan yang menggambarkan keadaan jiwa yang bergemuruh saat jatuh cinta. Tidak berlebihan rasanya bahwa cinta bisa merubah sudut pandang orang yang sedang menyandangnya, bahkan sang Gatotkaca sekalipun. Tapi apakah gemuruh ini yang menggerakkan orang-orang yang mengatasnamakan diri sebagai penggemar klub sepak bola Persebaya untuk merusak Stadion Gelora Bung Tomo GBT? Karena kecintaan’ pada Persebaya maka hancurlah fasilitas dari pajak rakyat itu gara-gara kekasih mereka kalah? Jika cinta, oleh sementara orang terutama di Indonesia, masih dimaknai sebagai sesuatu yang sangat euforik dan membabi buta, ya itulah hasilnya. Stadion yang akan menjadi salah satu host di Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang itu rusak. Ya memang bisa dibangun lagi, tapi apa tidak susah membangun mental manusia supaya sedikit belajar menggunakan nalarnya dalam cinta’ bernafas euforia itu? Kesukaan pada hal-hal yang bersifat materi atau lahiriah bisa jadi adalah salah satu pemicu kebrutalan yang muncul bagaikan jamur akhir-akhir ini. Uang, mungkin. Atau keindahan lahiriah. Atau pentingnya’ mengejar nilai bagi murid atau mahasiswa. Apa saja boleh, yang penting mendapat uang sebanyak-banyaknya dan nilai setinggi-tingginya. Kabar revolusi mental sepertinya sudah nyaris tak terdengar. Barangkali juga karena cinta’. Ketika cintanya terlalu buta, semua menjadi benar. Sayangnya, bedanya dengan suluk tentang cinta dalam wayang adalah, jika gemuruh itu terjadi dalam pandangan seorang kesatria pembela kebenaran, yang cintanya hampir bisa dipastikan dimaksudkan untuk tujuan baik, gemuruh yang terjadi di GBT itu mungkin bukan karena cinta yang sesungguhnya. Atau hanya cinta pada dunia, kedonyan. Dulu GBK juga pernah dirusak massa menjelang perhelatan Asian Games 2018 yang akhirnya sukses menampakkan citra Indonesia sebagai tuan rumah yang baik. We are. Tapi kali ini, mengingat sepakbola selalu menjadi urusan riskan di tanah air, aku hanya bisa berharap semoga Piala Dunia U-20 mendatang akan sukses juga. Wahai, di mana kiranya kita bisa mencari warga Indonesia yang penuh cinta? Published by wlanggayasti A self-proclaimed eternal student of life. On Fridays, sorting her thoughts. View all posts by wlanggayasti Published November 1, 2019November 1, 2019 Post navigation
Bumigonjang-ganjing langit kelap-kelap Bumi goyang-goyang langit melayang-layang Sengkuni petakilan Walau polahnya selalu saja di balik bayang bayang Hanya pembisik di sisi gelap sang raja Serupa syetan yang tak berujud Yang bisikan ke Adam agar ia terjerumus dalam fitnah khuldi
Dalam pagelaran wayang kulit, sang dalang biasanya melantunkan suluk ini. “Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis, risang maweh gandrung, sabarang kadulu wukir moyag-mayig saking tyas baliwur ong. Bumi berguncang, langit berkilat, terlihat seperti orang yang cinta melihat segala kehormatan dan keindahan dunia, gunung pun berantakan.” Bumi gonjang-ganjing, harafiahnya gempa bumi yang kini sering terjadi. Terbaru, Sabtu 16/4/2016, gempa dahsyat mengguncang pantai Pasifik Ekuador. Korban tewas lebih dari 500 orang dan lainnya hilang. Tiga hari kemudian, giliran Jepang, tepatnya di kota Mashiki, dan menewaskan 42 orang. Sebelumnya di Indonesia pun diguncang gempa, antara lain kawasan Sumatera Barat pada 2 Maret lalu, tapi tak sedahsyat Ekuador dan Jepang. Mengkhawatirkan jika gempa terus menguncang Planet Bumi. Demikian pula jika kian banyak gunung suluk itu bukan sebatas bikin takut. Suluk bumi gonjang-ganjing juga bisa dikemas dalam lagu dan enak didengar. Sujiwo Tejo, misalnya. Dalang, penulis, pelukis, dan pemusik ini pernah membawakan lagu bumi gonjang-ganjing dalam acara Java Jazz Festival 2012, dan seuai acara Sujiwo panen pujian. Panulis Adi Toha sepertinya juga terinspirasi oleh suluk tersebut dalam karyanya berjudul Valharad. Buku ini mengisahkan sebuah negeri VarchLand yang telah mengalami masa-masa damai selama beratus-ratus tahun, tiba-tiba terancam mengalami kehancuran oleh sebuah kekuatan kegelapan yang datang dari bangsa Vomorian. Untuk mencegahnya. petinggi istana mengembara ke pelosok negeri untuk menemukan 12 Ksatria Talismandala pemegang kunci rahasia. Pesan dari kisah fiksi ini antara lain tentang menjaga keseimbangan sebuah negeri, labih luasnya tentang keseimbangan alam Suluk bumi gonjang-ganjing juga sebagai pengingat agar manusia senantiasa mematuhi hukum demi menjaga kehormatan. Semacam tuturan buat para pemimpin, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif agar tidak korupsi sehingga menjadi teladan rakyat. Agar roda pemerintahan dan tatanegara berjalan seimbang, tidak gonjang-ganjing. Sayangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK kini masih sibuk melakukan operasi tangkap tangak OTT terhadap para oknum pejabat. Tepat jika dalang melantunkan suluk bumi gonjang-ganjing setiap hendak mengeluarkan atau memainkan Gatotkaca. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap mirip Superman, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi. Tokoh pewayangan yang hidup di kayangan ini juga digambarkan sebagai orang-orang yang hidup di atas, yaitu para penguasa. Gatotkaca juga dikenal dengan nama Arimbiatmaja, Bimasiwi, Guritna, Gurudaya, Kacanegara teladan cintanya terhadap negara, Purbaya, Kancingjaya kunci kemenangan. Sifat perwatakan; berani, teguh, tangguh, cerdik pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Begitulah idealnya para pemimpin, penguasa, di Bumi * Penulis sujarwo Editor Catur waskito Edy
Read[R-0] Vajra - Bumi Gonjang-Ganjing! from the story VAJRA in Battle of Realms by AndryChang (Andry Chang) with 48 reads. fantasy, adilaga, puppeteer. [PREL Suluk-suluk yg digunakan pada PATHÊT SANGA [2] ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut Wana Wasa [1] Bumi gonjang ganjing langit kêlap-kêlip , katon lir kincanging alis risang mawèh gandrung , sabarang kadulu wukir moyag-mayig , saking tyas baliwur lumaris anggandrung , Dhuh Sang Ri Sumitra , tanlyan tan ana lyan paran reh kabeh sining wana , nangsaya maringsun. Bumi bergerak-gerak gempa , langit gelap kilat menyambar-nyambar , tampak seperti gerak alis orang yg sedang kasmaran , semua yg terlihat -seperti- gunung yg bergoyang-goyang , dari hati yg kacau -iapun- berjalan memikat , dan berujar Dhuh Sang Adi Sumitra , tiada yg lain , mengapa semua isi hutan , menganiaya pada diriku. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut [2] Irika ta sang Gathotkaca , kinon mapag Arkasuta , têkapira Krêsna , Parta manêhêr muji saktinira. sang inujaran wawang , masêmu garjita harsa marêk , mawacana bagya yan hana , pakon ri patik narpati , Maka ketika Sang Gathotkaca , diperintahkan -untuk- menghadapi Putra Bathara Surya Prabu Karna , oleh Prabu Kresna , Parta Arjuna kemudian memuji kesaktiannya. Yg diomongi Gathotkaca segera , terbombong , -dengan- gembira mendekat ke Prabu Kresna , berkata merasa berbahagia -mendapat- perintah oleh paduka kepada hamba. Keterangan Sekar ini menceritakan ketika Bharatayudha di hari ke 14 , Prabu Kresna memberi perintah kepada Gathotkaca untuk menghadapi Prabu Karna. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut [3] Sigra kang bala tumingal , acampuh samya mêdali , lwir thathit wilêting ganda , dhanghyang gung manguncang niti , bénjang sang aji mijil , lathinya mêdali wuwus . trustha sura wilaga , kaya buta singa wrêgil , pasthi jangga dhêndhanya mangambak baya. Dengan segera prajurit yg nampak , bercampur saling menyerang. Seperti kilat menyambar beradunya wewangian , pandhita agung terus melemparkan kemayan aji-aji , ilmu gaib. Besok Sang Raja keluar , mulutnya mengucapkan kata. Lalu dengan berani , seperti raksasa yg menyebar , mengarah ke leher pukulannya menebar maut. Keterangan Sekar Sinom di atas , digubah dari Serat Aji Pamasa karangan Ranggawarsita. Aslinya ada 4 bait patang pada , dari tiap bait masing-masing diambil 2 baris , kecuali bait ke 4 , diambil 3 baris. Sehingga ketika diterjemahkan , maknanya nampak tidak secara luwes berkaitan. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut [4] Buta Pandawa tata gati wisaya , indriyaksa sara maruta , pawana bana margana , samirana lan warayang , panca bayu wisikan gulingan lima. Raksasa , Pandhawa , angin , angin , senjata , raksasa , panah , angin , angin , panah , panah , angin dan angin , lima , angin , angin , tempat tidur , lima angka 5. Keterangan Dalam ketentuan “Candra Sengkalan Lamba” , angka tahun yg disandikan dalam kalimat , semua kata benda tersebut di atas melambangkan angka 5. Meski sama-sama berarti “angin” , masing-masing memiliki makna yg berbeda , samirana adalah angin yg bertiup sepoi-sepoi , wisikan adalah angin malam hari , maruta adalah angin besar , maruti adalah angin kecil , dsb. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut [5] Kadangmu warahên dèn bêcik , besuk amêndhêma baris prayitna , aywa saranta wong ing Dwarawati , tinimpês pan iku awak Pandhawa. Beritahu temanmu , sebaiknya , besok buatlah baris dalam paritan dan waspada , tidak perlu bersabar orang-orang di Dwarawati , dihabisi , sebab itu golongan Pandawa. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Grêgêt Saut [6] Dhadha muntap lir kinêtap , duka yayah sinipi , jaja bang mawinga wêngis , kumêdhot padoning lathi , nétra kocak mangondhar andhir , kêrot-kêrot kanang waja , idêpnya mangalacakra , wadananira mbranang , lir kêmbang wora-wari , sinosog mêrang sagêdhèng , bêl mubal dahana. -Kemarahan- di dada seketika memuncak seperti ditampar , marah yg amat sangat , dada memerah menyorotkan kebengisan , bibirnya bergerak gemetaran , bola mata -seakan- kocak dan berputar-putar , berkerotan gemelatuk -suara- gigi beradu , bulu mata -melingkar- seperti surya , wajahnya memerah , seperti -merahnya- kembang wora-wari , -seakan bila- disogok batang padi dua ikat , seketika mengeluarkan api. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Palaran Rasêksa gora rèh kagiri-giri , gêngnya lir prabata , abang kawlagar , manguwuh ing mungsuh , haminta lawan , anggro sru singanabda , kadyènggal hyun manubruka. Raksasa besar bertingkah menakutkan , tinggi besarnya seperti gunung , merah menyala -seperti terbakar- , berseru kepada musuh , meminta lawan tanding , mengerang-erang dengan keras , seperti hendak segera menubruklah -raksasa itu-. ———————————————————————————————————————- Ada-ada Bima mlumpat [1] Umangsah ambêk pêjah , cancut gumrêgut manjing , samudra tulya dreng , wiraganya lêgawa , banyu sumaputing wêntis , meleg ing angganira , sumingêp anampêki , migêg jangga kang warih , katon naga kumambang gêngnya sawukir anak , ngakak galak kumêlap. Menghampiri -dan- bersiap -untuk- mati , tanpa ragu -dan- segera masuk samudra , tetap -dengan- niat yg besar , sikapnya pasrah , air -samudra- disibakkan dengan betis , memercik kebadannya , tersibak memukuli , tercekat air ludah di leher , tampak naga mengambang besarnya se-anakan gunung bukit , mulut menganga menunjukkan -sifat- galak. BERSAMBUNG. =================================================

Warning! Jangan Tonton Sendirian!!!!Original Song Javannese VersionCover by:Music: Ronald Dewahttps://www.in

Sunday, December 20, 2015 Bumi gonjang- ganjing, langit kelap-kelap merupakan kalimat yg diungkapkan dalang menjelang kejadian akan membarui alur cerita. Maksud dari bumi gonjang- ganjing, ungkapan itu adalah berkaitan dengan kehebatan kekuatan yang dimiliki sang tokoh dalam cerita tersebut, sebagai akibatnya setiap kedatangannya bumi seakan bergetar serta langit kelap-kelip oleh kekuatannya. Menurut kamus bahasa indonesia gonjang ganjing artinya berguncang-guncang keras, Mungkin begitulah kira- kira tentang guncang ganjing, berkaian dengan kata tersebut, berikut ini, puisi berjudul bumi gonjang- ganjing dengan formta puisi patidusa.. BUMI GONJANG GANJING lolongan kening berbulu kuning iringi angin puting dahan kering terbanting memiting sang bajing memekik tercekat ranting daya ungkit terlampau pening huru hara dedaunan mengering ringan pasrah terpelanting tawa bising melengking cacing memeluk beling melindung selingkar piring senandung doa rundung berpaling Anda Las 20122015 Demikianlah puisi bumi gonjang ganjing. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label patidusa. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Kq1i1VG.
  • frie1399hj.pages.dev/161
  • frie1399hj.pages.dev/521
  • frie1399hj.pages.dev/352
  • frie1399hj.pages.dev/492
  • frie1399hj.pages.dev/283
  • frie1399hj.pages.dev/486
  • frie1399hj.pages.dev/295
  • frie1399hj.pages.dev/82
  • bumi gonjang ganjing langit kelap